Sharp Hadirkan Kebun Gizi
Produsen elektronik PT Sharp Electronics Indonesia menghadirkan program berbasis lingkungan dan kesehatan untuk meningkatkan pola konsumsi sayuran. Menurut GM Brand Strategy Group Sharp Indonesia Haruhiko Sano, Kebun Gizi merupakan program berbasis masyarakat yang menjadi salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sayuran dengan memanfaatkan lahan pekarangan dan media lainnya. Sharp menggandeng Rumah Zakat untuk memberdayakan warga desa dengan memanfaatkan sumber daya alam dan potensi setempat.
“Kami berharap dengan program ini dapat meningkatkan kesehatan warga dan meningkatkan pengetahuan mereka akan pentingnya mengonsumsi buah dan sayur untuk memenuhi kebutuhan gizi hingga ke tahap selanjutnya yaitu menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima housing-estate.com di Jakarta, Minggu (28/8).
Untuk tahap pertama Sharp menggandeng warga Dusun Pajaten RT 04/02, Desa Sirnabaya, Karawang, Jawa Barat, yang merupakan kawasan terdekat pabrik Sharp di Karawang. Menggunakan pekarang rumah warga sebagai kebun contoh, Sharp juga membangun Green House yang menjadi pusat pelatihan warga.
Kebun Gizi berisi tanaman herbal yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Tahap awal yang ditanam sosin, pokcoy, selada air, tomat, dan kacang panjang. Pada musim tanam berikutnya akan mulai ditanam bermacam buah-buahan.
Pola tanam yang digunakan adalah sistem hidroponik yaitu budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah. Pola tanam ini lebih memfokuskan pada kebutuhan nutrisi tanaman sehingga kebutuhan air pada cara hidroponik lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan air pada budidaya konvensional yang menggunakan tanah. Sistem ini juga sangat cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air terbatas.
Eha, salah seorang warga penggerak wanita Dusun Pajaten, menyebut kegiatan ini sangat positif dengan banyak kegiatan lain yang berkembang misalnya memanfaatkan sampah plastik untuk dijadikan pot tanaman. “Kami juga bisa masak sayuran setiap hari dan sangat mudah karena tinggal petik di halaman. Pemahaman tentang gizi juga menjadi lebih baik dengan edukasi yang diberikan,” tuturnya.
Sano menyebut program ini dipilih karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai gizi. Terlebih lagi permasalahan di Indonesia cukup kompleks karena bukan hanya terkait ekonomi tapi juga soal sosial, budaya, pendidikan, dan lingkungan. “Kami dan Rumah Zakat akan memantau dan memberikan pendampingan kepada warga desa hingga nantinya mereka bisa mandiri dan menyebarkan pengetahuan ini kepada warga desa lainnya,” pungkasnya.
