Jumat, September 5, 2025
HomeNewsEkonomiGubernur BI: Rupiah Masih Akan Terus Menguat

Gubernur BI: Rupiah Masih Akan Terus Menguat

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, nilai tukar rupiah masih akan terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI melalui kanal Youtube BI, Rabu (18/9/2024), ketidakpastian kebijakan moneter negara maju makin mereda sejalan dengan terus melambatnya tekanan inflasi global.

Inflasi AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, diprediksi makin mendekati sasaran jangka menengah sebesar 2 persen di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.
Perkembangan itu mendorong prospek penurunan bunga acuan bank sentral AS The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula.

Indikasinya terlihat dari imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS (US Treasury Note) tenor 2 tahun yang menurun lebih besar, sehingga lebih rendah dari yield US Treasury 10 tahun. Indeks dolar AS terhadap mata uang negara utama (DXY) juga melemah.

Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) juga telah menurunkan suku bunga kebijakan moneternya, sejalan dengan inflasi yang menurun ke arah sasaran jangka menengah sebesar 2 persen.

Begitu pula Bank Sentral China atau People Bank of China (PBoC), telah menurunkan suku bunga sejalan dengan inflasi yang rendah dan permintaan domestik yang masih lemah.

“Semua perkembangan itu akan memicu peningkatan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia (yang selanjutnya akan makin memperkuat rupiah),” jelas Perry.

Selain itu, kurs rupiah masih akan terus menguat didorong oleh menariknya yield surat utang Indonesia, rendahnya inflasi, tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan komitmen BI dalam menjaga stabilitas perekonomian.

Baca juga: Akhir Pekan Rupiah Menguat ke Bawah Rp15.500

BI memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 4,7-5,5 persen atau pada titik tengah 5,1 persen. Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) 0,1-0,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir 2024.

Perry mengungkapkan, akan terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI) untuk memperkuat efektifitas kebijakan dalam menarik aliran modal asing dan mendukung penguatan rupiah.

Hingga 17 September 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat Rp918,42 triliun, USD2,95 miliar, dan USD280 juta. “Kepemilikan nonresiden (asing) dalam SRBI mencapai Rp246,08 triliun atau 26,79 persen dari total outstanding,” ungkap Perry.

Sementara nilai tukar rupiah per 17 September 2024 menguat 0,78 persen menjadi Rp15.330/USD dibanding akhir Agustus 2024, atau menguat 0,40 persen dibanding akhir Desember 2023.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini