Triwulan III Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat Lagi

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III (September) 2024 kembali meningkat, mencapai 427,8 miliar dolar AS (USD) atau sekitar Rp6.750 triliun (kurs Rp15.780). Tumbuh 8,3 persen secara tahunan (yoy) dibanding triwulan III 2023.
ULN Indonesia terdiri dari utang pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan swasta. Menurut keterangan BI melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso akhir pekan ini, peningkatan ULN itu juga dipengaruhi faktor pelemahan USD terhadap mayoritas mata uang global termasuk rupiah.
ULN pemerintah pada triwulan III 2024 tercatat USD204,1 miliar, meningkat 8,4 persen (yoy) setelah terkontraksi (minus) 0,8 persen pada triwulan II (Juni) yoy.
“Kenaikan ULN pemerintah itu dipicu penarikan pinjaman luar negeri dan peningkatan aliran masuk modal asing melalui Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang diterbitkan pemerintah,” tulis keterangan BI.
BI menyatakan, sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor prioritas.
Berdasarkan sektor, ULN pemerintah dipakai untuk jasa kesehatan dan kegiatan sosial (21,0 persen), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,9 persen), jasa pendidikan (16,8 persen), konstruksi (13,6 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (9,1 persen).
Utang pemerintah disebut Bank Indonesia aman terkendali, karena 99,9 persen merupakan utang jangka panjang.
Sementara ULN swasta pada triwulan III 2024 mencapai USD196,0 miliar, menurun (minus) 0,6 persen (yoy), setelah naik tipis 0,02 persen (yoy) pada triwulan II 2024.
Penurunan ULN swasta terutama berasal dari lembaga keuangan (financial corporations) yang mencatat kontraksi pertumbuhan -3,2 persen (yoy).
Baca juga: Triwulan II Utang Luar Negeri Pemerintah Kembali Turun, Swasta Meningkat
Secara sektoral, ULN swasta terbesar berasal dari industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa 79,3 persen dari total utang. Sekitar 75,3 persen ULN swasta merupakan utang jangka panjang.
Sedangkan ULN BI sekitar USD27,7 miliar, berupa penjualan surat berharga seperti Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
BI mengklaim struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga 31,1 persen, serta didominasi (84,2 persen) ULN jangka panjang,” tulis keterangan BI.