Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiCadangan Devisa Catat Rekor Lagi, Tapi Rupiah Hanya Menguat Tipis

Cadangan Devisa Catat Rekor Lagi, Tapi Rupiah Hanya Menguat Tipis

Indonesia kembali mencatat rekor cadangan devisa pada akhir Maret 2025 pada akhir Maret 2025 senilai USD157,1 miliar, atau setara Rp2.623 triliun (kurs Rp16.700).

Nilai cadangan devisa itu meningkat cukup signifikan dibanding posisi akhir Februari 2025 yang tercatat sebesar USD154,5 miliar, dan kembali mencatat rekor dalam sejarah Indonesia.

Pada akhir Oktober 2024 cadangan devisa Indonesia mencapai USD151,2 miliar, meningkat dibanding September 2024 yang tercatat USD149,9 miliar. Peningkatan itu antara lain karena penarikan utang luar negeri.

Cadangan devisa Oktober 2024 itu tercatat paling tinggi dalam sejarah Indonesia. Kenaikan cadangan devisa Oktober 2024 itu juga karena penarikan utang luar negeri oleh pemerintah, plus penerimaan pajak dan jasa.

Pada akhir November 2024, cadangan devisa Indonesia berkurang menjadi USD150,2 miliar, dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Tapi, akhir Desember 2024 cadangan devisa Indonesia kembali meningkat dan mencatat rekor baru. Peningkatannya juga signifikan, mencapai lebih dari USD5 miliar menjadi USD155,7 miliar.

Kenaikan cadangan devisa Desember 2024 juga berasal dari penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa migas.

Besar kecilnya cadangan devisa menentukan stabilitas nilai tukar mata uang sebuah negara, dan juga perekonomiannya secara umum.

Di Indonesia besaran cadangan devisa sangat dipengaruhi oleh utang luar negeri, selain impor barang dan jasa atau penerimaan devisa, serta penerimaan pajak dan jasa.

Baca juga: Cadangan Devisa dan Arus Masuk Modal Asing Meningkat, Tapi Rupiah Tetap Makin Payah

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melalui keterangan tertulis, Senin (14/4/2025), menyatakan, kenaikan cadangan devisa Maret 2025 itu antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa akhir Maret 2025 itu disebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan (Indonesia),” kata Ramdan.

Besar kecilnya cadangan devisa menentukan stabilitas nilai tukar mata uang sebuah negara, dan juga perekonomiannya secara umum terutama dalam menghadapi gejolak eksternal.

Dengan semakin besarnya cadanagan devisa, bank sentral seperti BI punya kemampuan yang lebih besar dalam menstabilkan nilai tukar rupiah yang bergejolak melalui intervensi di pasar.

Jangan heran, informasi kenaikan cadangan devisa itu langsung membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) menguat kendati tidak signifikan.

Data Refinitiv mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin (14/4/2025) ditutup di level Rp16.770/USD, atau menguat 0,12 persen dibanding penutupan perdagangan akhir pekan lalu (11/4/2025) di level Rp16.790/USD atau menguat 0,03%.

Penguatan tipis nilai tukar rupiah itu bersamaan dengan dengan menurunnya indeks dolar AS (DXY) 0,66 persen ke level 99,45, dibanding penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 100,1.

Penurunan indeks dolar yang dalam selama beberapa pekan terakhir tidak membuat rupiah menguat signifikan. Karena itu para pengamat menyebut ada anomali dalam nilai tukar rupiah, terutama karena pasar yang was-was dengan arah kebijakan fiskal (anggaran) pemerintah.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini