Bisnis Properti Asia Tenggara Lampaui Volume Kinerja 10 Tahun

Sektor properti di Asia Tenggara mencatat volume penjualan investasi yang telah melampaui penjualan ruang kantor dan ritel tertinggi selama kurun dekade terakhir. Hal ini berdampak signifikan terhadap rantai pasok, pertumbuhan ekonomi digital, hingga sistem kerja hybrid yang mempengaruhi prioritas investor.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan Cushman & Wakefield Senin (28/04), proyeksi pasar properti Asia Tenggara menunjukkan volume investasi data center di seluruh kawasan yang meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 3,2 miliar dolar Amerika secara tahunan (yoy) yang mewakili capaian 40 persen dari total volume penjualan industri di seluruh kawasan selama periode 2024.
Singapura, Malaysia, dan Indonesia terus memimpin sektor ini yang didorong oleh infrastruktur yang kuat, peningkatan adposi cloud, dan dukungan regulasi untuk sektor ekspansi digital. Pertumbuhan ekspor juga diperkirakan akan terus mendukung investasi sektor industri di kawasan Asia Tenggara.
Pangsa ekspor global Asia Tenggara mencapai 8 persen pada tahun 2023 dan diproyeksikan akan terus meningkat didorong oleh keunggulan biaya kompetitif, diversifikasi rantai pasok, serta meningkatnya perdagangan antar negara di Asia Pasifik.
Baca juga: Bisnis Properti Asia Pasifik Bagus, Dampaknya Bagus Juga Untuk Indonesia
Thailand menjadi satu-satunya pasar di Asia Tenggara yang dipantau oleh Cushman & Wakefield di mana penjualan investasi industrinya tidak mendominasi dengan sektor hotel mencatatkan 0,4 miliar dolar AS dan industri 0,2 miliar dolar AS.
Sementera itu perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan PDB yang sehat pada 2025, didorong oleh konsumsi domestik yang kuat dan ekspansi ekspor. Stabilitas makro ekonomi menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan inflasi yang terjaga sekitar 3 persen dan defisit fiskal yang diturunkan menjadi 2,7 persen dari PDB.
Asia Tenggara tetap menjadi tujuan investasi utama, dengan momentum ekonomi yang stabil dan proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 4,8 persen pada 2024, melampaui pertumbuhan 3,9 persen yang tercatat pada 2023. Beberapa ekonomi besar di kawasan ini termasuk Vietnam, Malaysia, dan Filipina melebihi proyeksi pertumbuhan awal hingga situasi ini semakin memperkuat ketahanan Asia Tenggara dalam menghadapi tantangan global.
Head of Research Cushman & Wakefield Singapore & Southeast Asia Wong Xian Yang mengatakan, meski ada ketidakpastian di lansekap global akibat situasi tarif yang terus berkembang, fundamental ekonomi Asia Tenggara tetap stabil dengan konsumsi domestik yang tangguh dan kelas menengah yang terus berkembang.
“Kawasan ini siap untuk menarik aliran investasi yang berkelanjutan terutama di sektor-sektor dengan pertumbuhan tinggi. Sektor industri dan data center akan tetap menjadi prioritas utama bagi investor institusional dengan semakin banyaknya modal yang dialokasikan untuk logistik, life sciences, dan infrastruktur digital berbasis AI,” katanya.
Hal positif lainnya, investasi sektor perkantoran di Singapura dan Indonesia juga semakin meningkat karena investor memanfaatkan keterbatasan pasokan di masa depan dan meningkatnya permintaan korporasi untuk ruang kerja berkualitas tinggi.
Situasi ini akan membuat investasi lintas negara diperkirakan akan menguat didorong oleh inisiatif seperti Kawasan Ekonomi Khusus Johor-Singapura (JS-SEZ) dan perjanjian perdagangan intra-ASEAN yang semakin berkembang.
“Ketahanan dan posisi strategis Asia Tenggara menjadikannya tujuan utama bagi modal global tetapi bisnis harus tetap gesit di tengah pergeseran makro ekonomi. Dengan fundamental ekonomi yang kuat, keunggulan biaya kawasan, diversifikasi, hingga perdagangan antar wilayah yang berkembang akan mendorong pertumbuhan investasi dan properti jangka panjang di kawasan,” imbuh Xian.