Penjualan Kondominium: Yang Sudah Jadi Meningkat, yang Sedang Dibangun Turun

Property Marketbeat versi konsultan properti Cushman & Wakefield triwulan I (Q1) 2025 yang dipublikasikan beberapa waktu lalu melaporkan, tingkat penyerapan (penjualan) bersih kondominium (apartemen strata/jual) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) baik yang sudah terbangun (existing supply) maupun akan dan sedang dikembangkan (proposed supply), meningkat 21 persen secara tahunan (yoy). Mencerminkan makin meningkatnya kepercayaan pasar terhadap pasar kondominium.
“Sama seperti kuartal sebelumnya, pertumbuhan itu masih didorong oleh pasar kondominium untuk segmen menengah, dengan Tangerang dan Jakarta Selatan memimpin kegiatan penjualan,” tulis laporan Cushman itu.
Tingkat penjualan keseluruhan kondominium eksisting meningkat sedikit sebesar 0,4 persen secara tahunan, mencapai 94,3 persen pada Q1 2025 dibandingkan dengan 93,9 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Sebaliknya, tingkat prapenjualan (presales) untuk kondominium yang sedang dikembangkan atau direncanakan, sedikit turun menjadi 59,4 persen dari 60,4 persen YoY.
Hal itu menurut Cushman menunjukkan pergeseran preferensi pembeli yang lebih memilih unit siap huni, daripada berinvestasi dalam proyek yang masih dalam tahap pengembangan atau perencanaan (belum memulai konstruksi).
“Tren ini kemungkinan didorong oleh insentif (free PPN) pemerintah yang saat ini berjalan, yang membuat unit siap huni lebih menarik (karena lebih rendah harganya),” tulis berkala properti Cushman & Wakefield tersebut.
Hingga triwulan satu 2025 pasok kumulatif kondominium eksisting (sudah jadi, baik yang sudah terjual maupun belum) di Jabodetabek mencapai 395.612 unit. Hanya ada tambahan 1.326 unit kondominium baru yang sudah jadi selama kuartal ulasan, dari dua proyek di Bogor (Saffron Residences) dan Tangerang (tower C Emerald Bintaro).
Baca juga: Akhir 2024 Penjualan Kondominium Melonjak, Tingkat Hunian Meningkat
Sementara kondominium dalam proses pengembangan (proposed supply) baik yang sudah konstruksi maupun belum atau ditunda, mencapai 88.218 unit. Yaitu, 1.631 unit di pusat bisnis utama (CBD) Jakarta, 992 unit di prime area (seperti Menteng, Kebayoran Baru, Kemang dan Pondok Indah), dan 85.595 unit di area sekunder (Bodetabek).
Lebih dari 90 persen kondominium itu, baik eksisting maupun yang dalam tahap pengembangan atau perencanaan, berada di area sekunder (Bodetabek), menyasar kaum menengah.
Tingkat hunian (okupansi) kondominium di Jabodetabek pada kuartal pertama 2025 disebut Cushman meningkat 9,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan tingkat okupansi keseluruhan mencapai 64,5 persen.
Karena kenaikan penjualan kondominium eksisting itu, harga kondominium di Jabodetabek sedikit meningkat pada kuartal satu 2025. Yaitu, 3,3 persen secara tahunan (YoY) dan 0,2 persen secara triwulanan (qtq), menjadi Rp50.100.000/m2.
Harga kondominium di CBD Jakarta naik 2,8 persen yoy menjadi Rp61.500.000/m2, di area utama naik 3,0 persen yoy menjadi Rp52.300.000/m2, dan area sekunder meningkat 4,9 persen yoy menjadi Rp36.500.000/m2. “Pada kuartal-kuartal selanjutnya, harga kondominium di Jabodetabek secara keseluruhan diperkirakan tetap stabil,” tulis berkala properti Cushman & Wakefield itu.