Kebijakan Trump Berpotensi Memperlambat Bisnis Properti Asia Pasifik

100 hari pertama pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan dampak yang luas untuk perekonomian global. Cushman & Wakefield merilis implikasi ekonomi khususnya ke sektor properti terkait agenda kebijakan Presiden Trump tahun 2025 untuk mengkaji perkembangaan penting khususnya dalam kebijakan perdagangan, reformasi pajak, imigrasi, dan prioritas kebijakann lainnya.
Laporan ini memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana penyesuaian kebijakan Trump dapat membentuk kembali lansekap ekonomi global yang mencakup kawasan mulai dari Amerika dan Kanada, Eropa, Timur Tengah, Afrika, hingga Asia-Pasifik (APAC).
Menurut Dominic Brown, Global Head of Demographic Insight, APAC-lead Cushman & Wakefield, riset ini juga untuk mengetahui bagaimana ketidakpastian yang meningkat di kawasan Asia Pasifik yang berasal dari potensi modifikasi kebijakan perdagangan, perpajakan, dan deregulasi Amerika yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi global.
“Kawasan Asia Pasifik tentunya masih akan menghadapi beragam dampak dari perubahan kebijakan ini dan hal ini menimbulkan risiko perlambatan momentum pertumbuhan karena aktivitas bisnis akan semakin mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pengambilan keputusan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima redaksi Rabu (07/05).
Baca juga: Sejumlah Produk Termasuk Furniture Dikecualikan dari Tarif Resiprokal Trump
Kendati begitu untuk bisnis properti tetap memiliki momentum yang solid saat memasuki tahun 2025. Hal itu didorong oleh permintaan domestic yang kuat, investasi real estat yang stabil sehingga kawasan Asia Pasifik masih menghadapi beragam dampak dari perubahan kebijakan ini.
Perekonomian Asia Pasifik sendiri saat masuk tahun 2025 dalam kondisi baik namun ketidakpastian kebijakan dapat memperlembat pertumbuhan. Konsumsi domestic seharusnya bisa membantu mendukung pertumbuhan regional saat kawasan ini merasakan dampak dari perlambatan perekonomian global.
Sektor properti di Asia Pasifik juga masih mencatatkan kinerja yang baik memasuki tahun 2025. Itu ditandai dengan permintaan yang masih sehat khususnya untuk segmen residensial dan meningkatnya aktivitaas transaksi investasi. Aktivitas penyewaan dan investasi kemungkinan akan melambat dalam jangka pendek karena keputusan yang tertunda.
“Namun begitu secara histori juga menyatakan kawasan Asia Pasifik telah membuktikan kalau bisa pulih dengan cepat. Spread kredit akan melebar dalam waktu dekat tetapi nilai properti diperkirakan akan tetap tangguh dan naik setelah situasi ketidakpastian saat ini,” imbuh Brown.