Core Perkenalkan Residensial Bergaya Skandinavia Pertama di Bali

Pandemi Covid 19 memunculkan pasar properti baru. Yaitu, mereka yang menginginkan tinggal, bekerja, sekaligus berinvestasi di salah satu destinasi pariwisata populer. Di Indonesia destinasi wisata itu adalah Bali.
“Saat pandemi, semua orang bisa bekerja dari mana saja. Dan, Bali menjadi salah satu destinasi utama tren baru tersebut,” kata Shanny Poijes, Founder & CEO Core Properties, perusahaan pengembang premium di Bali, dalam media briefing mengenai Core concept living di Jakarta, Senin (19/5/2025). Ia berbicara bersama Victoria Fernandez, Core Properties Creative Director.
Bali menjadi salah satu pilihan utama tren tersebut, berdasarkan penilaian terhadap keindahan alam, kekayaan budaya dan seni yang terus hidup, kualitas fasilitas wisata, keramahtamahan penduduk lokal, dan tingkat kriminalitasnya yang rendah.
Dengan berbagai kelebihannya itu, Bali menawarkan pengalaman hidup yang autentik dan spiritual, sesuatu yang dicari banyak orang di era modern.
“Saya jatuh cinta pada Bali ketika saya terjebak di sini selama lima minggu lebih saat Covid-19 melanda dunia tahun 2020. Tidak pernah terbesit di benak kami untuk pindah ke sini. Namun, pengalaman itu membuat segalanya berubah,” kata Shanny.
Sekarang bagi Shanny dan Victoria yang sudah menetap di Bali, Pulau Dewata adalah kanvas yang sempurna untuk dunia arsitektur dan pengembangan hunian. “Karena itu kami akan meluncurkan proyek residensial berkonsep Skandinavia pertama di Bali dalam beberapa bulan ke depan,” ungkap Shanny.
Shanny menyebutkan, peluncuran proyek Core concept living pertama di Bali itu rencananya dilakukan Oktober mendatang, dan konstruksi diharapkan bisa dimulai akhir tahun ini.
Nama, lokasi, serta spesifikasi dan harga unit huniannya belum disebutkan. Yang jelas, target pasarnya WNI dan orang asing. “Owners not visitors, neighborhood not strangers,” tukas Shanny.
Shanny menjelaskan, gaya Skandinavia dikenal sederhana dan minimalis, namun tetap memberikan kesan mewah. Hal itu dicapai melalui desain yang cermat dan detail, penggunaan material berkualitas tinggi dan alami seperti batu dan kayu, disaput kombinasi warna netral yang hangat dan lembut, seperti krem dan putih, abu-abu, dan cokelat muda.
“Gaya Skandinavia mengacu pada pendekatan desain yang sederhana namun tetap elegan dan mewah, dengan penekanan pada kepraktisan, kenyamanan dan keindahan yang bersih,” ujar Shanny.
Gaya Skandinavia yang detail dan resik itu diselaraskan dengan budaya Bali, sehingga menghasilkan hunian yang menggabungkan ketelitian Skandinavia dengan jiwa Bali.
“Proyek Core concept living ini adalah Scandinavian design yang fungsional diselaraskan dengan Balinese soul, yang akan mendefinisikan ulang kehidupan di Pulau Dewata,” tutur Shanny.
Untuk memastikan desain Skandinavia itu diterapkan, ia menyatakan akan mengontrol langsung pengerjaan proyek di lapangan sesuai desain yang sudah ditetapkan.
Apalagi, pengembangan proyek akan menerapkan konsep berkelanjutan yang akan menambah kompetensi ekstra dalam pengerjaannya.

Semua properti yang dibangun akan dilengkapi dengan panel surya, dimmer LED, dan desain pasif untuk mengurangi konsumsi energi, pengolahan air khusus, dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
“Ini (konsep berkelanjutan) sesuatu yang lazim bagi orang Swedia, dan kami bangga dapat berkontribusi pada industri properti Bali dengan cara yang positif,” ujar Shanny.
Baca juga: OXO Perkenalkan The Pavilions, Hunian Mewah dengan Konsep “Wellness” Pertama, di Bali
Ia menambahkan, Core concept living memang bukan sekedar menawarkan hunian, namun membangun sebuah warisan di mana keluarga berkembang, persahabatan tumbuh secara organik, dan bangunan memiliki nilai dalam jangka panjang. “Core concept living is community, opportunity, responsibility, and sustainability,” sebut Shanny.
Karena itu Core tidak hanya mendesain dan membangun proyek residensialnya tapi juga mengelolanya. Bahkan, sampai ke tahap menyelenggarakan berbagai even yang bisa merekatkan komunitas di kawasan hunian dan sekitarnya. Untuk itu Core berupaya memilih lokasi proyek yang komunitas lokalnya masih aktif. Bukan lokasi populer yang sudah padat dengan turis.
Dalam keterangan tertulis, Shanny Poijes dan Victoria Fernandez disebut sebagai duo asal Swedia yang berpengalaman selama dua dekade di dua benua, dengan spesialisasi real estat Eropa, desain interior, dan hotel butik.
Shanny yang berpengalaman dalam pengembangan real estat, manajemen properti, serta operasi penyewaan jangka pendek dan jangka panjang, terlibat dalam beberapa perusahaan yang semuanya berkembang menjadi usaha yang sukses, seperti FFAB Fastighetsförädlarna AB di Swedia, City Apartments Stockholm AB, dan SEGAB Sofia.
Sementara Victoria berpengalaman di bidang produksi dan komunikasi media selama lebih dari 18 tahun. Mengelola program pemasaran untuk berbagai merek dan industri, seperti Lenovo, Eurocard, Volvo, Unibail-Rodamco-Westfield, dan Bjorn Borg.
Victoria juga punya pengalaman mendalam dalam industri hospitality, karena dibesarkan dalam keluarga restaurateurs selama dua generasi. Kakeknya Tore Wretman, adalah pelopor dan chef paling terkenal dalam sejarah gastronomi Swedia, serta pendiri banyak restoran di Stockholm.