Penyaluran Kredit Terus Menurun, Uang Beredar Juga Terus Berkurang

Uang beredar adalah indikator aktivitas ekonomi. Kenaikan atau penurunan uang beredar mengindikasikan bertambah atau berkurangnya likuiditas atau jumlah uang untuk aktivitas ekonomi. Dengan lain perkataan, uang beredar adalah salah satu petunjuk melemah atau menguatnya perekonomian.
Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso melaporkan akhir pekan ini, likuiditas perekonomian atau uang beredar luas (M2) pada April 2025 hanya tumbuh 5,2 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp9.390,0 triliun, dibanding 6,1 persen (yoy) pada Maret 2025 dan 6,2 persen (yoy) pada Februari.
M2 adalah M1 ditambah uang kuasi dan surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, dan dimiliki swasta domestik dengan sisa jangka waktu (tenor) sampai 1 tahun. Ketiga komponen pembentuk uang beredar itu merosot petumbuhan atau jumlahnya pada April 2025.
M1 dengan pangsa 55,6 persen dari M2, hanya tumbuh 6 persen (yoy) dibanding 7,1 persen (yoy) pada Maret 2025, uang kuasi dengan pangsa 43,3 persen dari M2, dari 3 persen (yoy) menjadi 2,4 persen (yoy), dan surat berharga terbitan sistem moneter dari Rp106,8 triliun menjadi Rp102,3 triliun.
M1 atau uang beredar sempit adalah uang yang dipegang masyarakat (di luar bank umum dan BPR), termasuk tabungan yang bisa ditarik sewaktu-waktu dan giro rupiah. Sedangkan uang kuasi adalah simpanan berjangka (deposito) dan tabungan lain (rupiah dan valas) serta giro valas.
Baca juga: Penyaluran Kredit Turun, Uang Beredar Juga Berkurang
Berkurangnya jumlah uang beredar April 2025 itu terutama dipengaruhi oleh terus menurunnya penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat (pempus).
Penyaluran kredit April 2025 tumbuh 8,5 persen (yoy), dibanding 8,7 persen pada Maret dan 9 persen pada Februari 2025.
Kredit di sini hanya dalam bentuk pinjaman (loans). Tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker’s acceptances), dan tagihan repo.
Sementara tagihan bersih kepada pempus terkontraksi (minus) makin dalam 21,0 (yoy), setelah Maret hanya terkontraksi 8,7 persen (yoy) dan Februari hanya minus 5,7 persen (yoy).
Tagihan bersih kepada pemerintah pusat (dalam konteks BI), adalah selisih bersih antara tagihan (kredit) BI kepada pemerintah pusat dan kewajiban BI kepada pemerintah pusat (rekening pemerintah pusat di BI).
Sedangkan aktiva luar negeri bersih April 2025 hanya tumbuh 3,6 persen (yoy) dibanding 6 persen pada Maret 2025.
Aktiva luar negeri bersih adalah selisih tagihan kepada bukan penduduk (entitas asing) dengan kewajiban kepada bukan penduduk.
Semua angka di atas baik secara persentase maupun nominal, untuk periode April 2025 masih bersifat perkiraan. Biasanya saat publikasi uang beredar bulan berikutnya, baru didapat angka fix yang sedikit berbeda dari angka perkiraan tersebut.