Penyaluran Kredit Tetap Seret, Pertumbuhan Uang Beredar Masih Terus Menurun

Uang beredar adalah indikator aktivitas ekonomi. Kenaikan atau penurunan uang beredar mengindikasikan bertambah atau berkurangnya likuiditas atau jumlah uang untuk transaksi ekonomi. Dengan kata lain, uang beredar adalah salah satu petunjuk melemah atau menguatnya perekonomian.
Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso melaporkan awal pekan ini, likuiditas perekonomian atau uang beredar luas (M2) pada Mei 2025 tumbuh 4,9 persen secara tahunan (yoy) sebesar Rp9.406,6 triliun, menurun dibanding April yang tercatat 5,2 persen (yoy), Maret 6,1 persen (yoy), Februari 6,2 persen (yoy), dan Januari 5,9 persen (yoy).
M2 adalah M1 ditambah uang kuasi dan surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, dan dimiliki swasta domestik dengan sisa tenor sampai 1 tahun, serta surat berharga selain saham dengan pangsa hanya sekitar 1 persen.
M1 atau uang beredar sempit, adalah uang yang dipegang masyarakat (di luar bank umum dan BPR), termasuk tabungan yang bisa ditarik sewaktu-waktu dan giro rupiah. Sedangkan uang kuasi adalah simpanan berjangka (deposito) dan tabungan lain (rupiah dan valas) serta giro valas.
M1 dengan pangsa 55,6 persen dari M2, masih meningkat pertumbuhannya dari 6 persen (April) menjadi 6,3 persen (Mei). Namun, pertumbuhan uang kuasi dengan pangsa 43,3 persen dari M2, merosot dari 2,4 persen menjadi 1,5 persen.
Semua komponen pembentuk uang kuasi menurun pertumbuhannya. Yang paling tajam penurunan pertumbuhannya giro valas dari 0,8 persen menjadi minus (terkontraksi) 2,9 persen.
Baca juga: Penyaluran Kredit Terus Menurun, Uang Beredar Juga Terus Berkurang
Terus menurunnya jumlah uang beredar itu, dipicu penyaluran kredit yang terus melandai. Pada Mei 2025 kredit hanya tumbuh 8,1 persen (yoy) dibanding 8,5 persen pada April, 8,7 persen Maret, 9 persen Februari, dan 9,6 persen Januari.
Kredit di sini hanya dalam bentuk pinjaman (loans). Tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker’s acceptances), dan tagihan repo.
Faktor lain tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat yang masih terus terkontraksi sebesar minus 25,7 persen pada Mei 2025, dibanding minus 21 persen April, minus 8,7 persen Maret, minus 5,7 persen Februari, dan minus 14,3 persen Januari.
Tagihan bersih kepada pemerintah pusat, adalah selisih bersih antara tagihan (kredit) BI kepada pemerintah pusat dan kewajiban BI kepada pemerintah pusat (rekening pemerintah pusat di BI).
Sementara aktiva luar negeri bersih Mei 2025 tumbuh 3,9 persen (yoy), meningkat dibanding 3,6 persen April dan 6 persen Maret.
Aktiva luar negeri bersih adalah selisih tagihan kepada bukan penduduk (entitas asing) dengan kewajiban kepada bukan penduduk.
Semua angka di atas baik secara persentase maupun nominal, untuk periode Mei 2025 masih bersifat perkiraan. Biasanya saat publikasi uang beredar bulan berikutnya, baru didapat angka fix yang bisa sedikit berbeda dari angka perkiraan tersebut.