Simpanan di Bank Tumbuh Tinggi, Tapi Penyaluran Kredit Terus Menurun. Paling Merosot Kredit Investasi dan Konstruksi

Bank Indonesia (BI) melaporkan pekan ini, penghimpunan simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) di perbankan pada Juni 2025 mencapai Rp8.991 triliun, tumbuh 6,6 persen secara tahunan (yoy) dibanding Mei 2025 sebesar 3,8 persen.
Pertumbuhan DPK itu terutama didorong DPK korporasi yang tumbuh 12,2 persen dibanding 7,7 persen pada Mei 2025. Semua jenis simpanan (giro, tabungan, dan deposito) tumbuh tinggi (maisng-masing 8,8 persen, 7,1 persen, dan 4,2 persen) dibanding Mei 2025 sebesar 4,1 persen, 5,5 persen, dan 2,1 persen.
Pertumbuhan DPK yang tinggi itu sejalan dengan kenaikan bunga simpanan. Bunga deposito tenor 1 bulan, 3 bulan, dan 24 bulan tercatat 4,86 persen, 5,75 persen, dan 4,55 persen, dibanding 4,83 persen, 5,71 persen, dan 4,38 persen pada Mei 2025. Sementara bunga deposito tenor 12 bulan relatif stabil di angka 5,07 persen, dan tenor 6 bulan menurun menjadi 6,03 persen dibanding Mei 2025 sebesar 6,07 persen.
Kendati DPK tumbuh jauh lebih tinggi pada Juni 2025, penyaluran kredit tetap melempem. Terus menurun sejak Januari 2025, kendati bunga kredit sedikit menurun pada Juni 2025 menjadi rata-rata 9,16 persen dari Mei 2025 sebesar rata-rata 9,18 persen.
Baca juga: BI Rate Makin Rendah, Tapi Bunga Kredit Tetap Tinggi dan Bank Malas Salurkan Kredit
Penyaluran kredit pada Juni 2025 tercatat Rp7.956,4 triliun, tumbuh 7,6 persen dibanding 8,1 persen pada Mei 2025. Bandingkan dengan penyaluran kredit Mei 2025 yang tumbuh 8,1 persen, April 8,5 persen, Maret 8,7 persen, Februari 9 persen, dan Januari 9,6 persen.
Kredit modal kerja tumbuh 4,3 persen dibanding 4,5 persen pada Mei 2025, kredit investasi 12,2 persen dibanding 13,4 persen pada Mei 2025, dan kredit konsumsi 8,6 persen dari bulan sebelumnya 8,7 persen.
Khusus kredit properti, tumbuh 5,6 persen dibanding 5,9 persen pada Mei 2025. Berasal dari pertumbuhan KPR/KPA 7,7 persen dibanding 8,0 persen bulan sebelumnya, kredit konstruksi 0,6 persen dibanding 1,5 persen pada Mei 2025, dan krdeit real estate 7 persen dibanding 6,6 persen pada Mei 2025.
Dari data di atas terlihat penurunan penyaluran kredit terdapat pada kredit investasi dan konstruksi, yang menunjukkan keengganan dunia usaha melakukan investasi baru dan minimnya pengembangan proyek baru baik infrastruktur maupun properti.