Triwulan Dua 2025 Penjualan Semua Tipe Rumah Anjlok

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang dipublikasikan, Rabu (6/8/2025), mengungkapkan, penjualan properti residensial di pasar primer (rumah baru) pada triwulan dua 2025 terkontraksi atau -3,80 persen secara tahunan (yoy), setelah sempat tumbuh 0,73 persen (yoy) pada triwulan satu.
Penurunan tajam penjualan rumah baru itu terutama dipengaruhi oleh penjualan rumah kecil yang hanya tumbuh 6,7 persen (yoy), dibanding 23,75 persen (yoy) pada triwulan satu 2025.
Sementara penjualan rumah besar terkontraksi lebih dalam sebesar -14,95 persen (yoy) pada triwulan dua, dibanding -11,69 persen (yoy) pada triwulan satu. Sedangkan penjualan rumah menengah masih terkontraksi atau -17,69 persen (yoy), kendati membaik dibanding kontraksi pada triwulan satu sebesar -35,76 persen (yoy).
Baca juga: Triwulan Satu Penjualan Rumah Kecil Melesat, Rumah Menengah dan Besar Merosot
Secara triwulanan (qtq), penjualan rumah pada triwulan satu 2025, juga terkontraksi amat dalam sebesar -16,72 persen, dibanding triwulan satu yang tumbuh tinggi sebesar 33,92 persen.
Perkembangan itu terutama dipicu penjualan rumah kecil yang anjlok tajam menjadi -26,98 persen, dibanding triwulan pertama 2025 yang tumbuh tinggi sebesar 83,97 persen.
Penurunan penjualan rumah baru lebih dalam, tertahan oleh perbaikan penjualan rumah menengah dan besar yang tumbuh masing-masing sebesar 10,61 persen dan 1,19 persen. Meningkat dibanding triwulan satu 2025 yang terkontraksi atau -13,57 persen dan -22,91 persen.
Berdasarkan survei BI, penghambat utama pengembangan dan penjualan rumah baru itu, adalah kenaikan harga bahan bangunan (19,97 persen), perizinan/birokrasi (15,13 persen), bunga KPR (15 persen), proporsi uang muka KPR yang tinggi (11,38 persen), dan perpajakan (8,66 persen).