Inflasi April Menurun Secara Bulanan

Inflasi atau peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2024 tercatat 0,25%, menurun secara bulanan (mtm) dibanding inflasi Maret yang tercatat 0,52%. Dengan demikian secara tahunan (yoy) atau sepanjang Januari-April 2024, inflasi menjadi 3% atau sedikit menurun dibanding Januari-Maret yang tercatat 3,10%, namun masih cukup tinggi dibanding inflasi akhir 2023 yang hanya 2,61%.
Menurut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Departemen Komunikasi Fadjar Majardi hari ini, inflasi April yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) itu terjaga di kisaran sasaran tahun ini sebesar 2,5±1%. Inflasi yang terjaga itu diklaim BI sebagai hasil dari konsistensi kebijakan moneter, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). “Ke depan Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali di kisaran sasaran,” kata Fadjar.
Demikian pula dengan inflasi inti, tetap terjaga. Per April 2024 tercatat 0,29% secara bulanan (mtm), sedikit meningkat dibanding Maret sebesar 0,23% seiring kenaikan permintaan musiman selama puasa dan lebaran, serta peningkatan harga komoditas global khususnya emas.
Fadjar menyatakan, inflasi inti disumbang terutama oleh inflasi minyak goreng dan gula pasir selain komoditas emas perhiasan. Secara tahunan (yoy) inflasi inti bulan April 2024 tercatat 1,82%, meningkat dibanding inflasi Maret sebesar 1,77%. Inflasi Inti adalah komponen inflasi yang cenderung stabil atau persisten (persistent component) pergerakannya dan dipengaruhi faktor fundamental.
Yaitu, interaksi permintaan dan penawaran, lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan perkembangan ekonomi global, serta ekspektasi inflasi di masa depan. Komoditas yang mudah bergejolak (volatile food) dan energi tidak dimasukkan dalam perhitungan inflasi inti. Karena itu perhitungan inflasi inti lebih terkait dengan kebijakan moneter.
Sementara kelompok volatile food mencatat deflasi (penurunan IHK) 0,31% secara bulanan (mtm), dibanding Maret yang mengalami inflasi 2,16%. Deflasi kelompok volatile food itu disumbang terutama oleh komoditas cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit. Harga berbagai komoditas pangan itu merosot terutama karena berlangsungnya musim panen, khususnya komoditas aneka cabai dan beras. Deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi komoditas bawang merah, tomat, dan bawang putih.
Baca juga: Bank Indonesia Naikkan Bunga Acuan BI Rate Jadi 6,25%
Sedangkan secara tahunan (yoy) kelompok volatile food mengalami inflasi 9,63% (yoy), menurun dibanding Maret sebesar 10,33%. “Ke depan inflasi volatile food diprakirakan kembali menurun, seiring berlanjutnya musim panen, serta didukung oleh sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” tulis keterangan resmi BI tersebut.
Inflasi kelompok administered prices (harga diatur pemerintah) meningkat drastis pada April secara bulanan 0,62%, dibanding Maret yang tercatat 0,08%. Hal itu terutama dipengaruhi oleh inflasi tarif angkutan udara, angkutan antarkota, dan sigaret kretek mesin (SKM), seiring dengan peningkatan mobilitas saat libur Lebaran, dan berlanjutnya transmisi kenaikan cukai hasil tembakau. Secara tahunan (yoy) inflasi kelompok administered prices tercatat 1,54%, meningkat dibanding Maret yang hanya 1,39%.