INPP Tidak Masalah dengan Kenaikan PPN, Bahkan Mau Naikkan Tarif Hotel
PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia tidak mempermasalahkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025 dari saat ini 11 persen.
Alasannya, perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, komersial, dan penjualan properti itu fokus melayani segmen middle up yang tidak terpengaruh oleh kenaikan pajak tersebut.
“Selama ini kami fokus melayani pasar middle up. Pasar middle up itu stabil. Yang terpengaruh PPN itu kan segmen middle low,” kata Diana Solaiman, Chief Corporate Services Officer INPP, dalam media gathering di Jakarta, Jum’at (20/12/2024).
Bukan hanya tidak masalah dengan kenaikan PPN, INPP bahkan berencana menaikkan tarif hotel yang okupansinya tinggi (di atas 90 persen) seperti Harris Suites di fX Mall, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta.
Menurut Diana, tingginya okupansi hotel itu membuat pengelola kesulitan melakukan pemeliharaan berkala, karena tamu terus menerus datang tanpa jeda.
“Kita tidak mungkin menolak tamu. Maka supaya ada spare untuk maintenance, tarif hotel-hotel dengan okupansi yang tinggi itu kita naikkan tahun depan,” ujarnya.
Paradise Indonesia memiliki 14 hotel di Jakarta, Bali, Batam, Yogyakarta, dan Makassar, serta mengoperasikan 6 pusat perbelanjaan di Jakarta, Bandung, dan Bali.
Baca juga: Paradise Indonesia Kembangkan Proyek dengan Prinsip 4 M
Untuk hotel sebutlah antara lain Grand Hyatt Jakarta, Hyatt Makassar, Harris, ALoft, Yelo, dan Pop. Sedangkan pusat perbelanjaan antara lain Plaza Indonesia dan fX Sudirman di Jakarta, 23 Paskal Bandung, dan Beachwalk Shopping Center di Bali.
Belakangan INPP juga mengembangkan properti untuk dijual, yaitu mixed use (apartemen dan ritel) Antasari Place di Jakarta Selatan. Tapi, secara keseluruhan 90 persen pendapatan perseroan masih disumbang hasil penyewaan hotel dan pusat perbelanjaan (recurring income).
Hotel menyumbang 48 persen pendapatan, pusat perbelanjaan 42 persen, dan penjualan properti 10 persen. Untuk hotel, hotel-hotel di Bali menjadi penyumbang pendapatan terbesar.
Per September 2024 INPP mencatat pendapatan dari penyewaan dan penjualan properti Rp878,1 miliar, naik hampir 6 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy).
Perhotelan menyumbang Rp424,4 miliar, meningkat 24 persen secara tahunan (yoy), pusat perbelanjaan Rp365,3 miliar atau naik 6 persen. Dari pendapatan itu, INPP mencetak laba bersih Rp342,6 miliar, meroket lebih dari 120 persen yoy.
INPP menargetkan peningkatan pendapatan hingga 20 persen sampai akhir tahun ini. Direksi perseroan optimis akan mencapai target tersebut. “Tahun depan kenaikan pendapatan kita targetkan 20-30 persen,” ungkap Diana.
Baca juga: Garap Banyak Proyek, Paradise Indonesia Anggarkan Belanja Modal Rp1 Triliun
Saat ini INPP mengembangkan Antasari Place di Jakarta dengan target serah terima tower pertama apartemen awal 2025. Kemudian perluasan 23 Paskal Shopping Center dengan target selesai 2025, dan 23 Semarang Shopping Center tahun 2026.
INPP juga sedang mempersiapkan pengembangan proyek mixed use berupa hotel dan residensial di Balikpapan dan Makassar tahun 2027-2030, selain pengembangan lebih lanjut Antasari Place berupa apartemen servis dan area ritel.
Untuk pengembangan berbagai proyek itu, akhir tahun ini INPP menerbitkan obligasi senilai Rp500 miliar. Terbagi menjadi obligasi seri A dengan kupon 6,75-7,25 persen, tenor 3 tahun, dan seri B dengan kupon 6,95-7,50 persen dan tenor 5 tahun.
Total INPP menyiapkan modal atau capital expenditure (capex) Rp1 triliun untuk pengembangan proyek berjalan dan persiapan pengembangan proyek baru.