Sabtu, September 6, 2025
HomeFintechMakin Banyak Orang Berutang untuk Tujuan Konsumtif, Kredit Paylater Terus Melesat

Makin Banyak Orang Berutang untuk Tujuan Konsumtif, Kredit Paylater Terus Melesat

Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan terus melambat menjadi 10,85 persen pada September 2024 secara tahunan (yoy). Terendah sepanjang tahun berjalan. Pada Agustus 2024 pertumbuhan kredit tercatat 11,40 persen dan Juli 12,40 persen.

Kredit investasi tercatat tumbuh paling tinggi selama September 2024, mencapai 12,26 persen, menyusul persiapan pengusaha berekspansi setelah pemerintahan baru terbentuk. Diikuti kredit konsumsi 10,88 persen, dan kredit modal kerja 10,01 persen.

“Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit tersebut, sebesar 12,80 persen yoy,” tulis hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (RDKB OJK) Oktober 2024 yang dirilis pekan ini.

Pertumbuhan kredit konvensional loyo, penyaluran kredit buy now pay later (BNPL) perbankan terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.

Paylater adalah fitur kredit di lembaga jasa keuangan (perbankan dan perusahaan pembiayaan) yang memungkinkan seseorang mencicil pembayaran pinjamannya. Paylater lazimnya dipakai untuk tujuan konsumtif.

Per September 2024 baki debet kredit BNPL perbankan tumbuh 46,42 persen yoy (Agustus 2024: 40,68 persen) menjadi Rp19,81 triliun, dengan total jumlah rekening 19,82 juta dibanding Agustus 2024 sebanyak 18,95 juta.

Pertumbuhan kredit BNPL yang jauh lebih tinggi terjadi di perusahaan pembiayaan (PP). Mencapai 103,40 persen pada September 2024 yoy dibanding 89,20 persen pada Agustus yoy, atau menjadi Rp8,24 triliun.

Penyaluran kredit paylater melesat, kredit bermasalah atau nonperforming financing (NPF)-nya juga meningkat. Kalau Agustus 2024 rasio NPF BNPL di perusahaan pembiayaan hanya 2,52 persen, pada September naik menjadi 2,60 persen.

Peningkatan penyaluran pembiayaan yang tinggi juga terjadi pada industri fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol), kendati pada September 2024 sedikit menurun pertumbuhannya.

Pinjol adalah lembaga keuangan berbasis aplikasi teknologi yang memperantarai penyaluran pinjaman dari lender (pemilik dana atau investor) kepada borrower (peminjam atau debitur). Pinjol bisa dipakai untuk tujuan konsumtif atau produktif.

Per September 2024 menurut OJK penyaluran pinjol tumbuh 33,73 persen (yoy) senilai Rp74,48 triliun, dibanding 35,62 persen pada Agustus 2024 yoy, dengan 89,98 persen pendanaan dari lender institusi dan 10,02 persen dari lender perorangan.

Dari penyaluran pinjaman itu, industri fintech lending mencatat pertumbuhan laba 66,15 persen (yoy) menjadi Rp806,05 miliar pada September 2024.

Sedangkan tingkat risiko kredit macetnya secara agregat (TWP90) terjaga stabil di posisi 2,38 persen, sama dengan TWP90 Agustus 2024.

Namun, terdapat 22 fintech lending yang memiliki TWP90 di atas 5 persen. OJK telah meminta 22 pinjol itu membuat action plan untuk memperbaiki kualitas pendanaannya, disertai ancaman sanksi bila tidak dilaksanakan.

Sementara 14 fintech lending belum memenuhi ketentuan ekuitas minimum Rp7,5 miliar. Dari 14 fintech itu, lima penyelenggara dalam proses analisis permohonan peningkatan modal disetor.

Sejauh ini OJK mencatat, penyaluran pinjol umumnya masih untuk tujuan konsumtif. OJK sedang menyusun aturan yang akan mendorong pinjol menyalurkan lebih banyak pinjaman ke sektor produktif.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini