Taman pertama di Indonesia yang menerapkan totally green park.
HousingEstate, Jakarta - “Tadi saya lihat ada lima ekor burung yang berterbangan di sini,” kata arsitek lansekap dan pengamat properti hijau Nirwono Joga sebelum memaparkan soal taman ramah lingkungan Kebayoran Park di distrik hunian Kebayoran Residences (72 ha), Bintaro Jaya (2.350 ha), Pondok Aren-Tangerang Selatan (Banten), kepada sejumlah wartawan, siswa SMK, dan rombongan pegawai Kementerian Pekerjaan Umum awal Juli lalu.
Burung-burung itu datang, jelasnya, karena sebagian pohon yang ditanam di taman yang dikembangkannya bersama PT Jaya Real Property Tbk (JRP), pengembang perumahan Bintaro Jaya, itu memiliki buah yang mereka sukai. Misalnya, pohon Buni (Antidesma bunius L Spreng), Kecapi (Sandoricum Koetjape Mert), Jambu Jamaika (Syzygium Malacense), Jambu Bol (Syzygium Malaccense L. Merr & LM Perry), Duku (Lansium Domesticum Corr), dan beberapa jenis pohon buah lainnya.
Di taman seluas 6.000 m2 ini ditanami juga pohon Trembesi (Samanea Saman (Jacq) Merr) yang meneduhkan, menyerap polusi, dan meresapkan air, Sengon Bhuto (Enterolobium cyclocarpum (Jacq) Grisep), Flamboyan (Delonix regia (Boj.exHo ok) Raf), Mahoni (Swietenia macrophilla King), dan lain-lain. Di salah satu ujung taman dibuatkan kolam (pond) seluas 1.000 m2 dengan kedalaman lima meter untuk menampung dan meresapkan air hujan dan air limbah rumah tangga, didukung beberapa sumur resapan dan lubang-lubang biopori di sejumlah titik.
Pond itu terhubung dengan pond-pond lain yang juga akan dibangun di pengembangan Kebayoran Park lebih lanjut. Pada musim kemarau air dari kolam-kolam kecil itu dapat dipakai untuk menyiram taman, pada musim hujan menjadi pengendali banjir (menampung sementara air hujan sebelum dialirkan ke saluran kota dan sungai).
Fungsi lebih luas
Kebayoran Park memang didesain bukan sekedar menonjolkan kehijauan dan keindahan seperti citra taman selama ini, tapi taman dengan fungsi-fungsi yang lebih luas: mendatangkan fauna, menyerap polusi, menambah suplai oksigen kawasan, meresapkan air sebanyak- banyaknya ke dalam tanah, tempat evakuasi warga saat terjadi bencana, tempat sosialisasi penghuni, dan tempat pendidikan luar ruang mengenai lingkungan hidup.
Untuk mengenalkan jenis-jenis tanaman misalnya, hampir semua pohon yang ditanam di taman dilengkapi papan nama. Di salah satu sudut plaza taman, disediakan juga sepeda converter, sepeda statis dilengkapi dinamo yang jika dikayuh akan menghasilkan tenaga listrik yang bisa dipakai untuk mengisi baterai telepon genggam.
Kebayoran Park juga memisahkan sampah organik (basah) seperti dedaunan dan sampah dapur dengan sampah anorganik (kering) seperti botol, kertas, plastik, dan lain-lain, dengan menyediakan bak-bak sampah terpisah untuk kedua jenis sampah itu. Sampah organik diolah menjadi kompos melalui komposter yang diletakkan tidak jauh dari pos keamanan. ”Komposnya dipakai untuk memupuk tanaman di Kebayoran Park,” kata Luki Widodo, Manajer Kawasan Bintaro Jaya.
Untuk penerangan taman di malam hari dan menghidupkan pompa air untuk menyiram tanaman, digunakan energi listrik dari panel sel surya yang ditaruh di atas bangunan pos keamanan. Panel sel surya berkapasitas 1680 WP itu mampu menghasilkan listrik 5.040 W/hari. ”Jadi, taman ini benar-benar mandiri, suplai listriknya sama sekali tidak bergantung pada PLN,” ujar Nirwono.
Developer juga membangun pos keamanan sesuai kaidah geen building: tanpa kayu (yang sebenarnya green tapi sukar didapat sekarang), banyak bukaan sehingga ruangannya nyaman tanpa AC atau kipas angin, dilengkapi drinking stan (air PDAM siap minum), dan WC dengan tangki septik ramah lingkungan.
Untuk menarik warga berkunjung, taman dilengkapi jaringan internet nirkabel (WiFi) dan bangku-bangku dari susunan beton bekas pagar, plus parkir sepeda. Ada pula plaza dan pathway (jalan kecil) mengelilingi taman yang diperkeras dengan paving blok untuk berjalan kaki, jogging, dan senam. Sebagai taman distrik, Kebayoran Park dibangun di tengah-tengah Kebayoran Residences yang kelak akan terdiri atas sembilan klaster hunian. ”Jadi, mudah diakses semua warga distrik baik dengan jalan kaki maupun bersepeda,” jelas Nirwono. Joy
Sumber: Majalah HousingEstate
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.