HousingEstate, Jakarta - Ketika Anda memutuskan membeli properti , rumah tinggal misalnya, maka ketika itu Anda sedang berinvestasi. Sebagian Anda mungkin tidak setuju karena merasa sama sekali tidak terbersit niat ‘investasi’ pada saat dulu Anda dan pasangan berkeliling memilih rumah idaman yang kini Anda tempati. Yang terpikir waktu itu mendapatkan rumah yang sesuai dengan kriteria dan harapan Anda sekeluarga. Saya katakan, justru inilah salah satu keunikan properti sebagai sarana investasi: bahkan Anda yang melakukannya tidak sadar jika Anda sedang berinvestasi. Boleh jadi kita baru tersadarkan bahwa ini adalah investasi hebat, ketika setelah lima tahun menempati rumah itu dan terpaksa harus menjual karena sesuatu hal. Harga rumah itu telah menjadi hampir dua kali lipat dari harga ketika membelinya dahulu. Itulah, saya menyebut properti sebagai ‘investasi yang bisa Anda nikmati’. Selama lima tahun Anda menikmati rumah itu bersama keluarga, dan selama lima tahun pula harga rumah itu terus meningkat.

Ini berbeda dengan investasi pada saham atau surat berharga lainnya, emas batangan, dan yang lainnya. Untuk jenis investasi itu sedari awal membelinya memang diniatkan investasi. Sepanjang masa investasi Anda tidak bisa menikmati sebagaimana kita menikmati rumah. Saham hanyalah lembaran dokumen yang tergeletak di almari Anda, atau malah supaya aman Anda telah menitipkannya pada deposit box di bank. Dan ini tidak gratis tentunya. Begitu juga dengan emas batangan, Anda juga tidak bisa menikmati sebagaimana kita menikmati rumah, kecuali menimang-nimang emas itu saban hari Anda kategorikan sebagai menikmati. Saya yakin tidak. Justru sebaliknya, menyimpannya di rumah telah menimbulkan beban tersendiri untuk Anda: khawatir dicuri, khawatir hilang. Akhirnya barang itu juga Anda titipkan pada deposit box di bank.

Jika tidak ditempati langsung, properti tetap merupakan investasi yang bisa Anda nikmati, dari uang sewa yang dihasilkannya. Bagi banyak orang ‘Kenikmatan’ lain dari memiliki properti adalah ‘pride of ownership’. Kebanggaan atas kepemilikan properti. Bagi sebagian orang umumnya, memilki rumah sendiri adalah kebanggaan yang tidak terelakkan. Nilai lebih lain memiliki properti sebagai investasi adalah kekuatannya sebagai agunan untuk mendapatkan sumber keuangan (pinjaman, misalnya). Selain itu, properti juga terbukti handal dalam urusan menahan gempuran inflasi.

Mempertimbangkan banyaknya nilai positif properti sebagai wahana investasi, wajar jika para penasehat keuangan menyarankan Anda untuk memilih berinvestasi pada properti. Terutama bagi Anda dengan penghasilan menengah, maka tidak salah jika dinasehatkan: beli rumah dulu, baru yang lain. Jangan dulu saham, option, atau yang lainnya, lebih bijak rumah tinggal dulu. Ini adalah investasi yang bisa Anda nikmati.

Tapi ingat, terlalu banyak porsi properti pada portofolio investasi Anda juga kurang baik. Ini karena sifat properti yang ‘illiquid’. Properti memang termasuk tidak liquid, tidak cair. Ketika tiba-tiba kita perlu dana mendesak properti kurang sigap membantu kita, menjual properti kan perlu waktu. Bandingkan dengan tabungan di bank, sangat liquid, begitu Anda perlu dana, lari ke ATM saat itu juga uang di tangan.

Kalau semua penghasilan dan kekayaan Anda curahkan pada properti, maka Anda akan menjadi orang kaya yang miskin. Hartanya banyak, tapi dompetnya kosong. Dan ini bukanlah pengaturan keuangan yang sehat. Aturan sederhana yang dirumuskan seorang penasehat keuangan berpengalaman mungkin bisa kita gunakan sebagai acuan. Nasehatnya, porsi properti pada susunan harta kita sebaiknya berkisar antara 2 – 2,5 kali penghasilan tahunan kita. Maksudnya, kalau penghasilan setahun kita Rp100 juta, maka harga rumah yang kita miliki sebaiknya maksimal Rp250 juta. Tujuannya adalah supaya kita memiliki cukup uang cash untuk memenuhi kehidupan kita sehari-hari, setelah dipotong angsuran bulanan untuk rumah tersebut. Stop dulu di sini. Tulisan ini jadi seperti tips-tips penasehat keuangan. Semoga bermanfaat. Selamat berinvestasi pada properti, dan selamat menikmatinya! Heru Narwanto