HousingEstate, Jakarta - Seiring pertambahan usianya, anak-anak di rumah harus mulai disapih dan ditempatkan di kamar tersendiri. Dengan demikian anak mulai dibiasakan dengan ruangnya sendiri sehingga belajar mandiri dan bertanggung jawab.

Memang, ada juga risiko anak punya kamar sendiri. Mereka jadi kurang punya rasa berbagi dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Karena itu penting merencanakan dengan baik desain kamar anak, tidak asal membuat atau menyediakannya.

Luas Kamar

Ukuran kamar anak tidak perlu besar. Luasan 3 x 3 m2 atau sedikit kurang pun sudah cukup. Yang penting kamar didesain dengan baik posisi, lay out ruang, bentuk dan tata letak perabot dan aksesoris, serta pengudaraan dan pencahayaannya.

Usahakan meletakkan kamar di posisi yang tidak langsung terkena cahaya matahari, namun pencahayaannya tetap memadai. Kamar anak juga sebaiknya dibuat memiliki bukaan yang cukup ke arah luar seperti jendela, serta ventilasi silang berupa lubang-lubang angin yang diletakkan di posisi berlawanan di atas jendela dan pintu kamar. Jadi, sirkulasi udaranya lancar, tidak pengap atau lembab.

Bagi anak usia sekolah dan remaja, kamarnya juga berfungsi sebagai meeting point dengan teman-teman atau saudaranya, bukan hanya tempat untuk tidur dan belajar. “Karena itu adanya sedikit space untuk bermain bersama adalah nilai plus kamar anak,” kata Ratna Djuwita, pengajar psikologi arsitektur Universitas Indonesia, dalam sebuah wawancara dengan housingestate.id beberapa waktu lalu,

Fasilitas

Kamar anak tidak disarankan dilengkapi fasilitas penuh, seperti punya kamar mandi sendiri, kulkas, TV, dan lain-lain. Kamar seperti itu akan mendorong anak mengurung diri di kamar, jarang bersosialisasi dengan anggota keluarga lain, dan cenderung egois. “Biarkan anak keluar kamar untuk mandi, nonton TV, ngemil, dan bersosialisasi dengan keluarganya. Bahkan, bila satu kamar bisa ditempati dua anak, mereka bisa belajar berbagi,” jelas Ratna.

Fasilitas di kamar anak sebaiknya yang bersifat mendidik. Misalnya, rak buku, ambalan, boks atau laci-laci untuk memajang dan menyimpan koleksinya (storage system), selain fasilitas wajib seperti ranjang dan meja belajar dengan rak buku dan laci-lacinya, serta komputer. Sekedar tape atau radio untuk mendengarkan musik, masih bisa ditolerir disediakan di kamar anak.

Letak Kamar

Saat masih kecil, kamar anak sebaiknya diletakkan berdekatan dengan kamar orang tua. Jadi, orang tua tetap bisa memantau aktivitas anak dan cepat bertindak bila anak membutuhkan sesuatu.

Saat mulai besar dan remaja, mereka ingin berjauhan dengan orang tuanya. Jadi, kamar anak juga perlu diletakkan agak jauh dari kamar orang tua. Agar anak tidak keluar rumah tanpa sepengetahuan orang tua, pastikan letak kamarnya tidak memiliki akses langsung ke luar rumah.

Interior dan Perabot

Agar penggunaan ruangnya optimal, tempat tidur dan perabot lain di kamar anak sebaiknya diletakkan di sekeliling ruangan menempel ke dinding. Bila kamar anak ada jendelanya, letakkan meja belajar di bawah atau di dekatnya sehingga mendapat cahaya yang cukup pada siang hari dan anak bisa melihat ke luar.

Karena sudah memiliki kamar sendiri, anak usia sekolah mulai senang mengatur kamar sesuai selera masing-masing. Jadi, usahakan saat mendesain dan mengisi kamarnya, si anak dilibatkan tanpa harus mengikuti semua keinginannya.

Bila satu kamar diisi dua anak, identikkan letak tempat tidur dan perabotnya. Misalnya, bila jendela kamar ada di tengah, tempat tidur setiap anak, meja belajar dan storage-nya diletakkan di kedua sisinya. Beri karakter warna berbeda di dinding setiap tempat tidur sesuai kecenderungan masing-masing anak.

Hindari mengisi semua space kamar dengan perabot dan aksesoris. Sisihkan sedikit ruang kosong yang fleksibel untuk anak beraktivitas ringan dan mengobrol di kamar. Letakkan karpet di lantainya dengan motif permainan agar anak bisa duduk sambil bermain.

Pewarnaan

Apliksikan warna yang menciptakan suasana hangat (warm) dan menyambut (welcoming) di kamar anak, seperti krem atau coklat muda, ditambah aksen warna favorit si anak pada salah satu sisi dinding untuk relaxing dan memicu imajinasi, seperti kuning dan hijau daun. Tidak disarankan menerapkan terlalu banyak warna pada kamar, karena bisa membuat anak overstimulated dan hiperaktif.

Sementara untuk warna furnitur kamar anak, pilih yang netral dengan sedikit aksen warna yang disukai anak. Bentuk furniturnya yang simpel fungsional saja, sehingga adaptable (mudah disesuaikan). Ini penting, karena kesukaan anak cepat berubah sesuai perkembangan psikologisnya. Furniturnya boleh juga dimodifikasi, seperti dilengkapi boks-boks penyimpanan yang sekaligus menjadi anak tangga.

Pencahayaan

Anak yang masih kecil butuh lampu untuk tidur di malam hari (glowing night light). Sedangkan untuk anak yang mulai suka membaca, kamarnya perlu dilengkapi pencahayaan yang teduh (shaded light task) dekat tempat tidurnya. Untuk pencahayaan umum, lampu down light yang menempel di plafon (ceiling lamp) dengan cahaya menyebar-merata lebih baik daripada lampu gantung (drop lamp). Untuk lampu meja, pilih yang bentuknya unik dan fun namun fungsional.

Dinding Gambar

Kalau memungkinkan, alokasikan juga dinding polos di kamar anak atau softboard sebagai display tempat anak menempel atau mencorat-coret gambar-gambar kesukaannya. Jangan biarkan anak menggambar atau menempel gambar di sembarang dinding di rumah dengan alasan kreativitas, supaya anak belajar menghargai keindahan dan kebersihan serta hak-hak orang lain.